Akhir-akhir ini istilah social entrepreneur atau
kewirausahaan sosial semakin santer terdengar. Seseorang terdorong menjadi
Social entrepreneur bukan karena kepincut oleh laba yang akan dihasilkan,
melainkan ingin mengubah suatu keadaan di masyarakat menjadi lebih baik. Soal
laba, itu urusan belakangan.
Karakteristik
yang dimiliki social entrepreneur(Borstein, 2006, 1-4)
1.
Orang-orang yang mempunyai visi untuk memecahkan masalahmasalah kemasyarakatan
sebagai pembaharu masyarakat dengan gagasan-gagasan yang sangat kuat untuk
memperbaiki taraf hidup masyarakat.
2.
Umumnya bukan orang terkenal, misal : dokter, pengacara, insinyur, konsultan
manajemen, pekerja sosial, guru dan wartawan.
3.
Orang-orang yang memiliki daya transformatif, yakni orang-orang dengan gagasan
baru dalam menghadapi masalah besar, yang tak kenal lelah dalam mewujudkan
misinya, menyukai tantangan, punya daya tahan tinggi, orang-orang yang
sungguh-sungguh tidak mengenal kata menyerah hingga mereka berhasil menyebarkan
gagasannya sejauh mereka mampu.
4.
Orang yang mampu mengubah daya kinerja masyarakat dengan cara terus
memperbaiki, memperkuat, dan memperluas cita-cita.
5.
Orang yang memajukan perubahan sistemik : bagaimana mereka mengubah pola perilaku
dan pemahaman.
6.
Pemecah masalah paling kreatif.
7.
Mampu menjangkau jauh lebih banyak orang dengan uang atau sumber daya yang jauh
lebih sedikit, dengan keberanian mengambil resiko sehingga mereka harus sangat
inovatif dalam mengajukan pemecahan masalah.
8.
Orang-orang yang tidak bisa diam, yang ingin memecahkan masalahmasalah yang
telah gagal ditangani oleh pranata (negara dan mekanisme pasar) yang ada.
9.
Mereka melampaui format-format lama (struktur mapan) dan terdorong untuk
menemukan bentuk-bentuk baru organisasi.
10.
Mereka lebih bebas dan independen, lebih efektif dan memilih keterlibatan yang
lebih produktif.
Emerson
(dalam Nicholls 2006, 12) juga mendefinisikan tipe dari pelaku social
entrepreneurship, yakni :
1.Civic
innovator
(Inovator
dari kalangan sipil)
2.
Founder of a revenue generating social enterprise
(Pendiri
social enterprise yang mampu meningkatkan penerimaan)
3.
Launcher of a related revenue generating activity to create a surplus to
support social vision.
(Para
aktor yang melaksanakan aktivitas yang berhubungandengan peningkatan penerimaan
yang menciptakan surplus untuk mendukung visi sosial).
Ada pepatah yang menyatakan: Jika ingin membantu seseorang
berilah dia kail beserta umpannya sehingga dia dapat mencari ikan secara terus
menerus demi memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Jangan hanya berikan
ikannya saja karena ikan itu akan langsung habis begitu dimakan dan kedepannya
dia akan kembali meminta belas kasihan dari orang lain demi memenuhi kebutuhan
hidupnya.
Ada beberapa tokoh social entrepreneurs yang dapat dijadikan
contoh bagaimana panggilan hati mereka mengubah wajah dunia.
Muhammad Yunus adalah seorang bankir dari
negara Bangladesh yang telah berhasil mengembangkan konsep kredit mikro, yaitu
pengembangan pinjaman skala kecil untuk entrepreneur miskon yang tidak mampu
meminjam dari bank umum. Salah satu bentuk hasil implementasi gagasannya adalah
dengan mendirikan Grameen Bank. Dari keberhasilannya ini, Muhammad
Yunus berhasil mendapatkan Hadiah Budaya Asia Fukuoka XII pada tahun 2001. Lima
tahun kemudian, tepatnya pada tahun 2006, sebuah Penghargaan Nobel Perdamaian
juga berhasil diraih Muhammad Yunus beserta konsepGrameen Bank miliknya.
Sandiaga
Salahudin Uno atau sering dipanggil Sandi Uno (lahir di Rumbai, Pekanbaru, 28
Juni 1969; umur 42 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia. Sering hadir di
acara seminar-seminar, Sandi Uno memberikan pembekalan tentang jiwa
kewirausahaan (entrepreneurship), utamanya pada pemuda. Sandi Uno memulai
usahanya setelah sempat menjadi seorang pengangguran ketika perusahaan yang
mempekerjakannya bangkrut. Bersama rekannya, Sandi Uno mendirikan sebuah
perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor. Usaha tersebut terbukti
sukses dan telah mengambil alih beberapa perusahaan lain. Pada tahun 2009,
Sandi Uno tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut
majalah Forbes. Pada tahun 2011, Forbes kembali merilis daftar orang terkaya di
Indonesia. Sandiaga Uno menduduki peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660
juta.
Pada 2005, Anies menjadi direktur
riset pada The Indonesian Institute. Kemudian pada 2008, ia mendapat anugerah
sebagai 100 Tokoh Intelektual Muda Dunia versi Majalah Foreign Policy dari
Amerika Serikat. Pada tahun yang sama, di usia muda (38 tahun) ia menjadi
rektor Universitas Paramadina. Meskipun lahir di Kuningan, Jawa Barat, Anies
menghabiskan masa kecil hingga kuliahnya di Yogyakarta. Salah satu gerakan yang
berhasil didirikan adalah Indonesia Mengajar.
Tri Mumpuni adalah sosok ibu yang
bersahaja, rendah hati, dan ramah. Ibu dua anak yang mengabdikan dirinya bagi
masyarakat desa bersama suami tercinta, Iskandar Budisaroso Kuntoadji. Beliau
biasa dipanggil Bu Puni. Tidak
kurang 60 lokasi terpencil yang sebelumnya gelap gulita menjadi terang
benderang dengan pembangkit yang mereka bangun. Melalui Institut Bisnis dan
Ekonomi Kerakyatan (Ibeka) yang mereka bentuk memberikan penerangan dibeberapa
wilayah Indonesia dan satu lokasi di Filipina. Bu Puni ini lebih dikenal
sebagai Penjuang Mikro Hido karena telah berhasil mengembangkan
pembangkit listrik tenaga air.
Sebenarnya masih banyak lagi
tokoh-tokoh social entrepreneur yang
dapat dijadikan motivator sekaligus inspirator bagi para generasi muda saat ini
dimana melalui gagasan dan pemikiran kreatif yang dimiliki mampu menciptakan
lapangan kerja yang terkait dengan masyarakat langsung sehingga dapat
memberikan multi effect dari
tingkat hulu ke hilir. Semakin banyak masyarakat yang bisa disejahterakan maka
akan semakin banyak juga amal jariyah kita yang akan didapatkan. Jadi
kesimpulannya disini adalah memang Menjadi Entrepreneur Itu Baik Namun Menjadi Social Entrepreneur
Itu Lebih Baik. Salam perubahan
Agung Setiawan