Senin, 15 April 2013

kontingen boyolali











15 APRIL 2013


“Pramuka Bukan Segala-galanya, namun Segala-galanya dari Pramuka”

Pramuka merupakan kegiatan ekstrakurikuler yang hampir setiap jenjang pendidikan dari SD, SMP, SMA bahkan sampai universitas pun ada. Kegiatan ini sebagai pelatihan softskill yang bagus bagi semua orang. Selain itu nilai-nilai kepramukaan menanamkan banyak hal yang sangat bermanfaat bagi semua orang. Nilai kecintaan terhadap bangsa indonesiapun dilatih dalam pramuka. Karakter dan kepribadian juga digembleng dalam kepramukaaan. Untuk itulah kenapa ekstrakurikuler pramuka pasti ada disetiap jenjang pendidikan.
Pertama kali saya mengenal pramuka adalah ketika SMP. Banyak pembelajaran yang menarik dan bermanfaat yang disampaikan dengan menarik. Dapat berupa permainan, tugas kelompok , adu ketangkasan antar kelompok dan sebagainya. Hal tersebut menarik saya untuk menyukai pramuka. Sehingga beruntung pertama kali saya ikut terpilih sebagai perwakilan ambalan SMP untuk mengikuti jambore ranting pada tahun 2006.
Tidak berhenti di SMP, ketika SMA saya juga mengikuti kegiatan pramuka. Ada yang berbeda disini, yaitu mental lebih dilatih keras dari pada di SMP.  Sehingga benar-benar tidak ada yang cengeng di kepramukaan. Namun nilai-nilai kepramukaan tetap  sebagai landasan dasar kegiatan pramuka.
Sebuah keberuntungan dapat mewakili kontingan kabupaten untuk mengikuti kegiatan RAIMUNA DAERAH JATENG. Sebelumnya diseleksi di kabupaten dan di dapatkan 1 kontingan putra dan 1 kontingen putrid dan saya termasuk didalam kontingen tersebut. RAIDA tersebut dilaksanakan di Pantai Widara Payung, Cilacap pada tahun 2009. Banyak sekali pembelajaran dan pengalaman yang luar biasa dalam RAIDA tersebut. Beberapa piala kami dapatkan, seperti kontingan tergiat dan beberapa penghargaan lainnya.
Setelah menjadi Bantara (jenjang kepramukaan) ada kesempatan penentuan Pradana (pemimpin Bantara). Saya memiliki ambisi yang besar sekali untuk dapat menjadi Pradana. Dan kemudian hal tersebut benar-benar terjadi, saya terpilih sebagai Pradana. Padahal ketika itu posisi saya telah menjadi Ketua Osis 1( wakil Ketua Osis Umum). Namun dengan kesungguhan hati tetap saya terima apa yang telah menjadi harapan sejak dulu. Dan pada masa itu adalah masa kejayaan untuk saya dapat memegang kegiatan pramuka di SMA dan sekaligus menjalankan kepengurusan Osis. Itulah yang menjadi tolak balik saya untuk selalu bekerjasama dalam sebuah organisasi. Dan nilai-nilai dan jiwa kepramukaan selalu melekat dalam pribadi. Saya masih teringat dengan perkataan Pembina pramuka dulu, “Pramuka bukanlah segala-galanya, namun Segala-galanya dari Pramuka”.
Disamping itu, saya juga diminta guru Pembina pramuka SMP untuk mengajar pramuka di SMP. Dan itu merupakan hal yang menarik, dapat melatih diri untuk mengajar pramuka di SMP. Banyak tantangan yang didapatkan ketika menjadi Pembina di SMP, seperti teknik komunikasi yang baik, benar dan menarik dan melatih emosi terhadap anak-anak SMP yang bandel.
Sampai sekarang pun ketika dalam kepramukaan SMA ada kegiatan tidak jarang saya menghadiri atau bahkan diminta mengisi sekedar memotivasi adek-adek kelas. Dan hingga sekarang, meskipun sudah tidak melanjutkan pendidikan kepramukaan di Universitas, namun nilai-nilai kepramukaan selalu menjadi prnsip dalam bertindak. 

Selasa, 09 April 2013

PEMANTIK PANGGILAN HATI


Jogjakarta – Benteng Vredebrug dipenuhi para pengunjung yang datang. Kali ini pengunjung lebih banyak dari biasanya dikarenakan ada acara Jogjanesia yang diselenggarakan oleh forum Komunitas Sosial se Jogja. Dalam acara tersebut mendatangkan berbagai komunitas sosial di Jogja.
            “Saya salut dengan teman-teman komunitas-komunitas itu” ujar Rizkam,pengunjung sekaligus Ketua BEM Farmasi di tengah keramaian stand komunitas(03/03/2013). Berbagai cara dan langkah yang mereka lakukan untuk memberikan kemanfaatan bagi orang-orang yang membutuhkan. Ada yang hanya dengan pengumpulan koin hingga terjun langsung memberikan jasa sosialnya untuk orang-orang yang membutuhkan.
            “Saya jadi tertarik” ungkap Ketua BEM Farmasi tersebut.  “Orang-orang yang mau memberikan waktunya untuk orang yang membutuhkan adalah orang yang hebat” tambahnya. Berbagi adalah kata kunci dalam memberikan makna kemanfaatan untuk orang lain.
            Dengan terlaksananya Jogjanesia harapannya dapat membuka wawasan kepada masyarakat bahwa masih ada segelintir orang yang peduli. Acara ini hanya sebagai pemantik kepada masyarakat agar dapat memberikan kemanfaatan hidupnya untuk orang lain. Bisa dengan berbagi materi maupun jasa sosialnya.
            “Acara seperti ini perlu dilaksanakan lagi” kata Rizkam, ketua BEM Farmasi. Banyak hal yang didapat dari acara ini, seperti link untuk menyalurkan bantuan dan penanaman nilai-nilai sosial.
            Diluar sana ada beberapa orang yang tidak peduli dengan keadaan orang lain. Namun diyakini pasti mereka sudah berbagi meski bukan disini, karena tidak perlu membuat wadah baru untuk berbagi kemanfaatan kepada orang lain. “jangan pesimis, lakukan apa yang dapat dilakukan untuk berbagi kepada orang lain.” Ujar ketua BEM Farmasi, Rizkam.
            “Hidup-hidupilah Indonesia!” kata Rizkam. Pesan sosial untuk orang-orang yang tidak hidup sendiri.


Agung Setiawan/Ilmu Keperawatan Gigi/2011/UGM