Rabu, 19 Desember 2012

Pengembangan Jiwa Sosial



Agung Setiawan
Ilmu Keperawatan Gigi/ Fakultas Kedokteran Gigi/Universitas Gadjah Mada/2011

Kisah ini dimulai dari asa yang terpendam dan ragu. Sempat terfikir untuk berhenti melangkah. Mulai ada seberkas sinar menerangi jalanku. Suara itu masih teringat jelas dalam otak tengahku, “Jangan putus sekolah sampai disini! Insya allah bapak dan ibu akan sekuat tenaga membiayai”. Aku tidak ingin mengecewakan orang tuaku. Aku bertekat untuk tetap bersekolah meski tak tahu mampu atau tidak.
Sungguh Allah bersama dengan orang-orang yang sabar. Aku dapat melanjutkan kuliah dan mendapatkan beastudi etos. Inilah yang aku harapkan. Tidak ingin membebani orang tua dengan kebutuhanku kuliah. Apalagi adik-adikku sudah menginjak SMA dan SMP. Kebutuhan hidup dan biaya sekolah adik-adikku lebih penting dari pada biaya kuliahku. Karena sungguh beruntung aku dipertemukan dengan beastudi etos.
Awal masuk beastudi etos aku kira akan terkekang oleh aturan yang kian beratnya. Namun aku coba tetap bertahan meski kutahu aku tak sempurna. Aku hiraukan segala kekuranganku. Meski begitu aku coba memperbaiki sedikit demi sedikit. Karena hasil adalah ketentuan Allah dan aku hanya bisa berusaha memperbaiki dan menjaganya.
Banyak sekali pembinaan yang dilakukan oleh beastudi etos. Mulai dari pembinaan angkatan, pembinaan bersama, pembinaan asrama dan pembinaan lainnya. Pembinaan lain tersebut ada pula yang dilakukan melalui kegiatan sosial seperti pengelolaan SDP(sekolah desa produktif),THQ(tebar hewan kurban), kegiatan pengembangan diri dalam kepanitiaan seperti Toenas(try out etos nasional), Up grading, dan TENS(Temu Etos Nasional). Masih ada banyak lagi kegiatan diluar itu seperti panitia seleksi masuk beastudi etos, kurma(kunjungan ramadhan), rihlah, inisiasi etos dan sebagainya.
Satu tahun lebih telah berada di beastudi etos dompet dhuafa, banyak hal telah dilalui. Dimulai dari inisiasi etoser baru. Aku katakan bahwa cukup menarik dan menantang, kenapa demikian. Yah, kami hanya diberi petunjuk amplop surat yang berisi pertanyaan dan pernyataan untuk dapat menuju lokasi inisiasi. Berkat kerjasama dan kolaborasi dari berbagai latar belakang kami, maka kami dapat memecahkan teka-teki dalam amplop tersebut dan sampai di lokasi tepat waktu. Dalam kegiatan inisiasi ada satu hal yang menarik yaitu FAS(festival anak sholeh), dengan antusias warga begitu besar dalam ikut menyemarakkan FAS pada bulan ramadhan.
Banyak wajah-wajah asing yang nampak di pandanganku. Mereka begitu hebat dengan latar belakang masing-masing orang berbeda. Ketika sesi kegiatan “Who am I?” aku mendengarkan kisah perjuangan dari teman-teman yang begitu panjang dan berliku-liku. Ada yang hingga menunggu 1 tahun untuk dapat melanjutkan kuliah, ada yang ketika SMA sambil bekerja, ada yang berkelana ke berbagai universitas dulu dan akhirnya sampailah disini. Begitu menarik dan menginspirasi kisah-kisah hidup mereka. Kemudian ketika aku bercerita tentang kisahku. “Kisahku tidak semenarik punya teman-teman, hingga begitu berat perjuangan kalian untuk meraih sesuatu. Kalau aku bisa sampai disini ya mungkin ini sudah rencana Allah padaku. Yang penting aku bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padaku. Kisah hidupku biasa saja, tidak ada yang menarik, hanya kalau di keluarga mungkin aku yang lebih diandalkan untuk menjaga adik-adik dan membantu kakek untuk memelihara sapi dan kambing. Pernah aku ditubruk sapi hingga aku menangis, karena aku masih takut, ketika itu masih SD.” Itu sedikit penggalan yang aku ceritakan ketika sesi who am I. Banyak dari mereka yang ketawa, dari cerita teman-teman sebelumnya banyak rasa haru yang muncul tapi ketika aku bercerita malah membuat para etoser ketawa terbahak-bahak.
Memang aku orangnya tidak begitu suka dengan hal-hal yang kaku harus mengikuti aturan atau malah menyedihkan. Aku lebih menyukai hal-hal yang membuat senang dan membuat pikiran segar. Bahkan ketika menghadapi suatu hal yang membuat tegang aku tidak antusias merasa jengkel terhadap sistem yang dibuat kaku dan harus ini harus itu. Itulah sebabnya aku orangnya tidak mempedulikan apa kekuranganku, namun tetap ada introspeksi diri dari diriku sendiri untuk mencoba memperbaiki sisi kekuranganku. Aku tidak suka dengan hal-hal yang ribet dan administrative. Mending langsung gerak dan realistis saja dari pada hanya berkata-kata tidak ada tindakan real. Itulah prinsip yang masih aku pegang.
Kembali lagi ke kegiatan beastudi etos. Pada bulan ramadhan biasanya kegiatan etos cukup banyak, seperti kunjungan ramadhan dan pengajian serta FAS pun juga dilaksanakan. Pada tahun 2011 kunjungan ramadhan dan pengajian dilakukan sekaligus pada saat inisiasi. Nah, aku teringat ketika memberikan pengumuman ke mushola-mushola di disa inisiasi. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk mengumumkan tentang akan adanya pengajian dan FAS untuk anak-anak di daerah tersebut. Aku mengawali dengan salam dan perkenalan, karena tempatnya di pedesaan jawa, maka bahasa jawa krama halus pun harus dilestarikan. Aku mencoba menggunakan bahasa jawa karma halus. Entah sadar atau tidak salah satu kakak tingkat(etoser) setelah selesai mengumumkan beliau bilang kepadaku. “Gung, bahasa jawa karma halusmu harus kamu perbaiki, hehehe tadi ada beberapa kata yang tidak sepantasnya kamu ucapkan untuk warga disana. Oke? Sip”. Ternyata meskipun aku sendiri dari jawa namun perlu adanya peningkatan penguasaan bahasa jawa krama halus untukku. “Okelah itu hanyalah permulaan untuk menjadi lebih baik di kemudian harinya.” Kataku dalam hati.
Ada satu kegiatan yang bagiku begitu menarik dan menyenangkan, yaitu up grading. Persiapan untuk menuju up grading pun kami banyak sekali yang harus dipersiapkan, seperti membeli barang-barang makanan mentah dan alat outbound.
Berbekal barang pribadi dan makanan mentah serta alat outbound kami melukukan perjalanan. Sebelumnya, rute yang diberikanpun hanya teka-teki untuk mencapai tempat yang dimaksudkan. Dengan usaha sekeras mungkin kami menemukan tempat tujuan dengan naik angkot umum. Kami berangkat pukul 04.30 WIB dengan suhu yang cukup dingin kami mandi dan siap berangkat. Cukup lama kiranya ketika menunggu akhwat untuk berangkat pagi. Dan akhirnya pun kami dapat berangkat menuju titik tujuan amplop pertama dan selanjutnya.
Dalam perjalanan yang ternyata semakin ke atas itu semakin berat bagi bus untuk dapat naik keatas, karena mobil sudah tua. Sehingg mobil yang ditempati ikhwan mogok karena kepanasan pada mesinnya. Kemudian kami menunggu jemputan dari bus yang tadinya nganterin akhwat. Begitu nasib atau ada hikmah dibalik bencana tersebut.
Sampai pada tempat tujuan terakhir kami masih harus berjalan sepanjang 7 hingga 10 kilo meter untuk menuju lokasi. Karena mobil atau bus tidak bisa masuk kedalam. Sehingga kami harus melewati jalan berbatu di tanjakan yang tinggi dan derajat kemiringannya 45-25 derajat.
Ketika berkoordinasi dan perkenalan dengan warga tersebut, kami menjelaskan, “ kami beastudi etos dari dompet dhuafa ingin melakukan beberapa kegiatan di desa ini. Salah satunya adalah berkontak sosial dan mengikuti apa yang bapak dan ibu kerjakan setiap harinya. Kami berada disini maksimal hanya 3 hari.” Hal tersebut diatas kenapa menjadi hal yang penting karena orientasi atau perkenalan adalah tahap awal untuk menarik dan meyakinkan orang bahwa kami ke sini insya Allah membawa kebermanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain.
Kami mengikuti kegiatan salah satu warga tersebut, yaitu mencari rumput untuk hewan peliharaanya dan beruntungnya aku dapat kesempatan untuk ikut memanen wortel dan loncang. Cukup berat beban barang-barang tersebut bagi orang yang tidak pernah atau jarang mengangkat beban segitu.
Betapa tangguhnya orang-orang lereng merbabu ini, berangkat ke sawah pagi-pagi dan mampu mengangkat beban seberat badannya sendiri. Bahkan yang mengangkat adalah para perempuan yang masih muda. Rata-rata dari warga tersebut pendidikan yang di dapat hanyalah sampai SD saja, karena letak SMP dan SMA yang jauh dan pandangan mereka tentang sekolah tidak baik. Mereka beranggapan, “Buat apa sekolah tinggi-tinggi, mending langsung bantu orang tua disawah saja biar dapat uang.” Itulah paradigma warga yang tidak mudah merubahnya jika di daerah tersebut belum ada SMP dan SMA yang berdiri di di sekitar daerah tersebut.
Dalam kegiatan up grading kami juga melakukan outbound. Ada hal yang lucu dalam outbound tersebut, yaitu aku dan timku nyasar. Kami bingung mencari rute jalan yang benar, sehingga kami terus berjalan untuk mencari panitia di sekitar tempat tersebut. Kami berhenti sejenak menghela nafas dan perut pun jadinya demo agar diisi dahulu.
Ketika meregangkan otot kami menemukan adanya ladang wortel yang untungnya ada pemiliknya. Kami minta beberapa wortel agar dapat mengisi perut kosong ini, namun wortelnya masih kecil dan belum waktunya untuk dipanen. Kemudian kami tetap berjalan entah kemana. Melihat ada pemukiman, maka kami ke pemukiman tersebut. Beruntungnya kami di jamu oleh pemilik rumah dengan cukup mewah. Kemudian kami berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan hatinya.
Di sisi agama, desa ini sudah cukup baik, setiap selesai sholat dzuhur selalu ngaji di masjid. Rentang mengajinya pun  cukup lama, dari habis dzuhur sampai menjelang maghrib. Mereka adalah anak-anak dari usia SD sampai usia SMP.
Ada satu kegiatan beastudi etos yang menurutku selalu teringat dan menarik, yaitu THQ(tebar hewan kurban). Pada tahun 2011 THQ dilaksanakan di kulon progo, tepatnya desa tapen, kelurahan hargomulyo, kecamatan kokap, kabupaten kulon progo. Ada cerita menarik ketika aku dan temanku zaenal membawa kambing dari dompet dhuafa menggunakan motor. Kambing yang kami bawa ini tidak begitu besar. Ketika perjalanan, baru mencapai seperempat perjalanan motor kami bannya bocor, sehingga harus di tambal. Kami mencari tempat tambal sekaligus aku perhatikan kambing ini merasa kesakitan dan lemas ketika dibawa pakai motor. Padahal jarak tempuh yang akan dilalui sekitar satu seperempat jam. Syukur Alhamdulillah kami menemukan sebuah bengkel di pnggir jalan dan kami istirahat sekaligus menambalkan ban motor serta mengistirahatkan kambing yang nampak lemas tersebut. Ketika kambing di lepas nampak rasa senang pada muka kambing tersebut, ia berjalan kesana kemari sambil makan rumput yang ada di samping bengkel tersebut. Setelah selesai kami lanjutkan kembali perjalanan panjang menuju tempat THQ.
Dalam rangkaian THQ ada beberapa kegiatan yang disisipkan seperti pemeriksaan kesehatan gratis, bazar sembako, FAS, dan penyuluhan penyembelihan hewan kurban.
Kegiatan sosial yang lain adalah pengembangan SDP(sekolah desa produktif). Berfokus pada pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan output jangka panjang yang berkualitas. Pengorbanan untuk berbagi dengan mereka sangatlah besar. Karena tidak ada timbal balik secara langsung dapat dirasakan oleh orang tersebut. Pada periode ini amanah yang aku emban adalah mengkoordinir pengelolaan SDP Bronggang Suruh. Butuh dukungan dan keteguhan hati serta kesabaran untuk mengelola hal yang menyangkut orang banyak.
Dalam melaksanakan kegiatan tersebut tentunya jiwa sosial tiap orang pastinya akan muncul dan merasa bahwa sedikit saja peran kita dalam kegiatan sosial atau apapun, namun itu memberi manfaat yang besar maka berbahagialah karena kamu termasuk orang-orang yang dapat berbagi dan tidak sia-sia.
Mari berbagi, mari memberi, uluran tanganmu dibutuhkan mereka.
Salam pengabdian!!!

Rabu, 05 Desember 2012


KPK VS POLRI
(ronde 2)
“Inspektur Jendral Joko Susilo”

Kali ini KPK akan mengungkap kasus Inspektur Jendral Joko Susilo, mantan kepala korps lalu lintas tersebut di duga tersangka kasus korupsi pengadaan alat simulasi mengemudi yang diperkirakan merugikan negara Rp 100 miliar. Untuk penyidik dari KPK adalah komisaris Novel. Entah apa dan mengapa nampaknya Kepala Polri Jenderal Timur Pradopo hanya omong kosong terkait mendukung KPK terhadap penyelesaian kasus tersebut. Hal tersebut Nampak dari akan ditariknya beberapa penyidik KPK dikarenakan masa tugasnya telah selesai. Dan pihak polisi enggan memberikan perpanjangan masa tugas KPK.
Ironis ketika para penegak keadilan malah saling menjatuhkan atau saling beradu hanya untuk kepentingan pribadi atau golongan. Yang sebenarnya malah akan memperlama proses hukum dan ujung-ujungnya Negara hanya menghambur-hamburkan uang untuk hal-hal yang tidak berguna. Mereka yang dianggap oleh masyarakat sebagai orang yang bisa menyelamatkan bangsa ini, tapi ternyata sebaliknya, mereka hanya mementingkan pribadi dan golongan. Jika hal semacam ini tidak ada perbaikan, maka kapan Negara ini akan maju? Yang ada hanya berkembang terus, tidak pernah berbuah. Karena mungkin bunganya selalu gugur oleh tangan-tangan tak bertanggung jawab di atas sana.
Kasus Inspektur Jendral Joko Susilo menjadi ronde 2 untuk perseteruan KPK dengan Polri. Dari polri nampak hanya omong kosong untuk mendukung KPK dalam kasus tersebut. Penarikan KPK merupakan salah satu langkah yang dilakukan polri untuk balas dendam terhadap KPK. Terlihat KPK dan Polri masih memiliki ketegangan satu dengan yang lain. Sehingga mereka hanya akan sibuk terhadap sikap ketegangan tersebut dan kasus tersebut lagi-lagi lama terselesaikannya.
Jika kita berkaca ke berbagai kasus yang dibuka KPK memang hanya dibuka kasus saja, untuk menutup kasus tersebut sangatlah lama. Malah semakin menyeret nama-nama oknum di jajaran pemerintahan yang ternyata pemerintahan ini bobrok. Hampir di setiap sektor dan bidang pemerintahan memiliki kasus terkait korupsi. Dimulai dari uang terima kasih atas dimenangkannya tender sampai uang pelicin untuk mempermudah terlaksananya sesuatu. Dan hal tersebut sudah menjadi rahasia umum.
Praktek penyalahgunaan tersebut terjadi karena mereka memiliki peluang untuk melakukan tindakan curang dan tidak terpuji tersebut. Peluang untuk melakukan tindakan tersebut sangalah besar. Apalagi ada beberapa wilayah kekuasaan yang mau tidak mau harus mengikuti aturan main di wilayah tersebut. Sehingga meskipun ada orang yang pada awalnya ingin berbuat baik, namun setelah masuk ke wilayah tersebut harus mengikuti jalan sesat tersebut.
Khusus pada perseteruan antara KPK dan Polri ini memang tidak secara terang terangan, namun dapat dirasakan oleh masyarakat. Nampak dari kinerjanya, ada pihak yang mempersulit, ada yang saling menjatuhkan. Nah, hal tersebut sekali lagi hanya akan membuat sia-sia tugas mereka sebagai penegak hukum.
KPK tidak memiliki badan pengawas? Lagi-lagi jika suatu badan berdiri harus ada pengawas. Terus apakah jika ada pengawas maka kinerjanya bagus? Apakah setelah ada pengawas maka tindakan penyelewengan kekuasaan akan dicegah? Kalau dilihat dari beberapa badan yang berdiri, entah wakil rakyat atau komisi dan sebagainya yang sudah memilik pengawas tapi sama saja, mereka masih melakukan penyelewengan kekuasaan. Badan pengawas tidak begitu berpengaruh. Malah kadang badan pengawas tersebutlah yang melakukan penyelewengan. Atau saling bekerjasama antar badan amaupun dengan pengawas untuk menyalahgunakan kekuasaan untuk pribadi atau golongan.
Di Indonesia memiliki banyak sekali badan atau lembaga Negara dan pemerintahan. Namun masih kurang efektif untuk bekerja, makah dinilai Negara itu rugi memberikan uang saku dan penunjang fasilitas lainnya terhadap jajaran Negara dan pemerintahan tersebut. Karena alokasi daa terhadap mereka pun tidak sedikit, masyarakat yang notabenya lebih membutuhkan tidak terjamah, namun orang-orang yang mementingkan dirinya sendiri dan golongan enak-enakan menikmati uang rakyat tersebut.
Harapannya semua jajaran petinggi Negara dan pemerintahan serta para penegak hukum agar bekerja dengan sebaik-baiknya. Karena tugas tersebut adalah amanah dari rakyat, untuk menjadi pemimpin dan pengarah yang baik untuk Indonesia agar lebih baik.