Agung
Setiawan
Ilmu
Keperawatan Gigi/ Fakultas Kedokteran Gigi/Universitas Gadjah Mada/2011
Kisah
ini dimulai dari asa yang terpendam dan ragu. Sempat terfikir untuk berhenti
melangkah. Mulai ada seberkas sinar menerangi jalanku. Suara itu masih teringat
jelas dalam otak tengahku, “Jangan putus sekolah sampai disini! Insya allah
bapak dan ibu akan sekuat tenaga membiayai”. Aku tidak ingin mengecewakan orang
tuaku. Aku bertekat untuk tetap bersekolah meski tak tahu mampu atau tidak.
Sungguh
Allah bersama dengan orang-orang yang sabar. Aku dapat melanjutkan kuliah dan
mendapatkan beastudi etos. Inilah yang aku harapkan. Tidak ingin membebani
orang tua dengan kebutuhanku kuliah. Apalagi adik-adikku sudah menginjak SMA
dan SMP. Kebutuhan hidup dan biaya sekolah adik-adikku lebih penting dari pada
biaya kuliahku. Karena sungguh beruntung aku dipertemukan dengan beastudi etos.
Awal
masuk beastudi etos aku kira akan terkekang oleh aturan yang kian beratnya.
Namun aku coba tetap bertahan meski kutahu aku tak sempurna. Aku hiraukan
segala kekuranganku. Meski begitu aku coba memperbaiki sedikit demi sedikit.
Karena hasil adalah ketentuan Allah dan aku hanya bisa berusaha memperbaiki dan
menjaganya.
Banyak
sekali pembinaan yang dilakukan oleh beastudi etos. Mulai dari pembinaan
angkatan, pembinaan bersama, pembinaan asrama dan pembinaan lainnya. Pembinaan
lain tersebut ada pula yang dilakukan melalui kegiatan sosial seperti
pengelolaan SDP(sekolah desa produktif),THQ(tebar hewan kurban), kegiatan
pengembangan diri dalam kepanitiaan seperti Toenas(try out etos nasional), Up
grading, dan TENS(Temu Etos Nasional). Masih ada banyak lagi kegiatan diluar
itu seperti panitia seleksi masuk beastudi etos, kurma(kunjungan ramadhan),
rihlah, inisiasi etos dan sebagainya.
Satu
tahun lebih telah berada di beastudi etos dompet dhuafa, banyak hal telah
dilalui. Dimulai dari inisiasi etoser baru. Aku katakan bahwa cukup menarik dan
menantang, kenapa demikian. Yah, kami hanya diberi petunjuk amplop surat yang berisi
pertanyaan dan pernyataan untuk dapat menuju lokasi inisiasi. Berkat kerjasama
dan kolaborasi dari berbagai latar belakang kami, maka kami dapat memecahkan
teka-teki dalam amplop tersebut dan sampai di lokasi tepat waktu. Dalam
kegiatan inisiasi ada satu hal yang menarik yaitu FAS(festival anak sholeh),
dengan antusias warga begitu besar dalam ikut menyemarakkan FAS pada bulan
ramadhan.
Banyak
wajah-wajah asing yang nampak di pandanganku. Mereka begitu hebat dengan latar
belakang masing-masing orang berbeda. Ketika sesi kegiatan “Who am I?” aku
mendengarkan kisah perjuangan dari teman-teman yang begitu panjang dan
berliku-liku. Ada yang hingga menunggu 1 tahun untuk dapat melanjutkan kuliah,
ada yang ketika SMA sambil bekerja, ada yang berkelana ke berbagai universitas
dulu dan akhirnya sampailah disini. Begitu menarik dan menginspirasi
kisah-kisah hidup mereka. Kemudian ketika aku bercerita tentang kisahku. “Kisahku
tidak semenarik punya teman-teman, hingga begitu berat perjuangan kalian untuk
meraih sesuatu. Kalau aku bisa sampai disini ya mungkin ini sudah rencana Allah
padaku. Yang penting aku bersyukur atas apa yang telah Allah berikan padaku.
Kisah hidupku biasa saja, tidak ada yang menarik, hanya kalau di keluarga
mungkin aku yang lebih diandalkan untuk menjaga adik-adik dan membantu kakek
untuk memelihara sapi dan kambing. Pernah aku ditubruk sapi hingga aku
menangis, karena aku masih takut, ketika itu masih SD.” Itu sedikit penggalan
yang aku ceritakan ketika sesi who am I. Banyak dari mereka yang ketawa, dari
cerita teman-teman sebelumnya banyak rasa haru yang muncul tapi ketika aku
bercerita malah membuat para etoser ketawa terbahak-bahak.
Memang
aku orangnya tidak begitu suka dengan hal-hal yang kaku harus mengikuti aturan
atau malah menyedihkan. Aku lebih menyukai hal-hal yang membuat senang dan
membuat pikiran segar. Bahkan ketika menghadapi suatu hal yang membuat tegang
aku tidak antusias merasa jengkel terhadap sistem yang dibuat kaku dan harus
ini harus itu. Itulah sebabnya aku orangnya tidak mempedulikan apa
kekuranganku, namun tetap ada introspeksi diri dari diriku sendiri untuk
mencoba memperbaiki sisi kekuranganku. Aku tidak suka dengan hal-hal yang ribet
dan administrative. Mending langsung gerak dan realistis saja dari pada hanya berkata-kata
tidak ada tindakan real. Itulah prinsip yang masih aku pegang.
Kembali
lagi ke kegiatan beastudi etos. Pada bulan ramadhan biasanya kegiatan etos
cukup banyak, seperti kunjungan ramadhan dan pengajian serta FAS pun juga
dilaksanakan. Pada tahun 2011 kunjungan ramadhan dan pengajian dilakukan
sekaligus pada saat inisiasi. Nah, aku teringat ketika memberikan pengumuman ke
mushola-mushola di disa inisiasi. Kami dibagi menjadi beberapa kelompok untuk
mengumumkan tentang akan adanya pengajian dan FAS untuk anak-anak di daerah
tersebut. Aku mengawali dengan salam dan perkenalan, karena tempatnya di
pedesaan jawa, maka bahasa jawa krama halus pun harus dilestarikan. Aku mencoba
menggunakan bahasa jawa karma halus. Entah sadar atau tidak salah satu kakak tingkat(etoser)
setelah selesai mengumumkan beliau bilang kepadaku. “Gung, bahasa jawa karma
halusmu harus kamu perbaiki, hehehe tadi ada beberapa kata yang tidak
sepantasnya kamu ucapkan untuk warga disana. Oke? Sip”. Ternyata meskipun aku
sendiri dari jawa namun perlu adanya peningkatan penguasaan bahasa jawa krama
halus untukku. “Okelah itu hanyalah permulaan untuk menjadi lebih baik di
kemudian harinya.” Kataku dalam hati.
Ada
satu kegiatan yang bagiku begitu menarik dan menyenangkan, yaitu up grading. Persiapan
untuk menuju up grading pun kami banyak sekali yang harus dipersiapkan, seperti
membeli barang-barang makanan mentah dan alat outbound.
Berbekal
barang pribadi dan makanan mentah serta alat outbound kami melukukan
perjalanan. Sebelumnya, rute yang diberikanpun hanya teka-teki untuk mencapai
tempat yang dimaksudkan. Dengan usaha sekeras mungkin kami menemukan tempat
tujuan dengan naik angkot umum. Kami berangkat pukul 04.30 WIB dengan suhu yang
cukup dingin kami mandi dan siap berangkat. Cukup lama kiranya ketika menunggu
akhwat untuk berangkat pagi. Dan akhirnya pun kami dapat berangkat menuju titik
tujuan amplop pertama dan selanjutnya.
Dalam
perjalanan yang ternyata semakin ke atas itu semakin berat bagi bus untuk dapat
naik keatas, karena mobil sudah tua. Sehingg mobil yang ditempati ikhwan mogok
karena kepanasan pada mesinnya. Kemudian kami menunggu jemputan dari bus yang
tadinya nganterin akhwat. Begitu nasib atau ada hikmah dibalik bencana
tersebut.
Sampai
pada tempat tujuan terakhir kami masih harus berjalan sepanjang 7 hingga 10
kilo meter untuk menuju lokasi. Karena mobil atau bus tidak bisa masuk kedalam.
Sehingga kami harus melewati jalan berbatu di tanjakan yang tinggi dan derajat
kemiringannya 45-25 derajat.
Ketika
berkoordinasi dan perkenalan dengan warga tersebut, kami menjelaskan, “ kami
beastudi etos dari dompet dhuafa ingin melakukan beberapa kegiatan di desa ini.
Salah satunya adalah berkontak sosial dan mengikuti apa yang bapak dan ibu
kerjakan setiap harinya. Kami berada disini maksimal hanya 3 hari.” Hal
tersebut diatas kenapa menjadi hal yang penting karena orientasi atau
perkenalan adalah tahap awal untuk menarik dan meyakinkan orang bahwa kami ke
sini insya Allah membawa kebermanfaatan bagi diri sendiri dan orang lain.
Kami
mengikuti kegiatan salah satu warga tersebut, yaitu mencari rumput untuk hewan
peliharaanya dan beruntungnya aku dapat kesempatan untuk ikut memanen wortel
dan loncang. Cukup berat beban barang-barang tersebut bagi orang yang tidak
pernah atau jarang mengangkat beban segitu.
Betapa
tangguhnya orang-orang lereng merbabu ini, berangkat ke sawah pagi-pagi dan
mampu mengangkat beban seberat badannya sendiri. Bahkan yang mengangkat adalah
para perempuan yang masih muda. Rata-rata dari warga tersebut pendidikan yang
di dapat hanyalah sampai SD saja, karena letak SMP dan SMA yang jauh dan
pandangan mereka tentang sekolah tidak baik. Mereka beranggapan, “Buat apa
sekolah tinggi-tinggi, mending langsung bantu orang tua disawah saja biar dapat
uang.” Itulah paradigma warga yang tidak mudah merubahnya jika di daerah
tersebut belum ada SMP dan SMA yang berdiri di di sekitar daerah tersebut.
Dalam
kegiatan up grading kami juga melakukan outbound. Ada hal yang lucu dalam
outbound tersebut, yaitu aku dan timku nyasar. Kami bingung mencari rute jalan
yang benar, sehingga kami terus berjalan untuk mencari panitia di sekitar
tempat tersebut. Kami berhenti sejenak menghela nafas dan perut pun jadinya
demo agar diisi dahulu.
Ketika
meregangkan otot kami menemukan adanya ladang wortel yang untungnya ada
pemiliknya. Kami minta beberapa wortel agar dapat mengisi perut kosong ini,
namun wortelnya masih kecil dan belum waktunya untuk dipanen. Kemudian kami
tetap berjalan entah kemana. Melihat ada pemukiman, maka kami ke pemukiman tersebut.
Beruntungnya kami di jamu oleh pemilik rumah dengan cukup mewah. Kemudian kami
berpamitan dan mengucapkan terima kasih atas kebaikan hatinya.
Di
sisi agama, desa ini sudah cukup baik, setiap selesai sholat dzuhur selalu
ngaji di masjid. Rentang mengajinya pun
cukup lama, dari habis dzuhur sampai menjelang maghrib. Mereka adalah
anak-anak dari usia SD sampai usia SMP.
Ada
satu kegiatan beastudi etos yang menurutku selalu teringat dan menarik, yaitu
THQ(tebar hewan kurban). Pada tahun 2011 THQ dilaksanakan di kulon progo,
tepatnya desa tapen, kelurahan hargomulyo, kecamatan kokap, kabupaten kulon
progo. Ada cerita menarik ketika aku dan temanku zaenal membawa kambing dari
dompet dhuafa menggunakan motor. Kambing yang kami bawa ini tidak begitu besar.
Ketika perjalanan, baru mencapai seperempat perjalanan motor kami bannya bocor,
sehingga harus di tambal. Kami mencari tempat tambal sekaligus aku perhatikan
kambing ini merasa kesakitan dan lemas ketika dibawa pakai motor. Padahal jarak
tempuh yang akan dilalui sekitar satu seperempat jam. Syukur Alhamdulillah kami
menemukan sebuah bengkel di pnggir jalan dan kami istirahat sekaligus
menambalkan ban motor serta mengistirahatkan kambing yang nampak lemas
tersebut. Ketika kambing di lepas nampak rasa senang pada muka kambing
tersebut, ia berjalan kesana kemari sambil makan rumput yang ada di samping
bengkel tersebut. Setelah selesai kami lanjutkan kembali perjalanan panjang
menuju tempat THQ.
Dalam
rangkaian THQ ada beberapa kegiatan yang disisipkan seperti pemeriksaan
kesehatan gratis, bazar sembako, FAS, dan penyuluhan penyembelihan hewan
kurban.
Kegiatan
sosial yang lain adalah pengembangan SDP(sekolah desa produktif). Berfokus pada
pemberdayaan masyarakat untuk menghasilkan output jangka panjang yang berkualitas.
Pengorbanan untuk berbagi dengan mereka sangatlah besar. Karena tidak ada
timbal balik secara langsung dapat dirasakan oleh orang tersebut. Pada periode
ini amanah yang aku emban adalah mengkoordinir pengelolaan SDP Bronggang Suruh.
Butuh dukungan dan keteguhan hati serta kesabaran untuk mengelola hal yang
menyangkut orang banyak.
Dalam
melaksanakan kegiatan tersebut tentunya jiwa sosial tiap orang pastinya akan
muncul dan merasa bahwa sedikit saja peran kita dalam kegiatan sosial atau
apapun, namun itu memberi manfaat yang besar maka berbahagialah karena kamu
termasuk orang-orang yang dapat berbagi dan tidak sia-sia.
Mari
berbagi, mari memberi, uluran tanganmu dibutuhkan mereka.
Salam
pengabdian!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar